Minggu, 15 November 2009

Sebuah tulisan di pantat truk: Tak seburuk yang kau duga

Jadi ceritanya, saya lagi nggak PD sama bentuk tubuh. Berhubung saya cantik, jadi kalo makan kebanyakan, suka mendadak gembul gituh... (akahakahahakhkahka...asa teu nyambung) yup, badan saya sedang menjurus Cutbray sekarang. Dari arah perut sampe jempol, agak gede gitu...ahahahahaha.
sebenarnya bukan karena banyak makan juga, secara anak kos...nggak mungkin bgt bisa makan sehari 7 kali. Tapi karena ada kista, jadi mesti sering-sering minum obat penyeimbang hormon gitu, jadi weh, endut. Perasaan makan juga nggak banyak-banyak amat (asli ini mah!) cuma badan tuh cepet gila melarnya. Tadinya mo di stop aja, cuma sakit, apalagi kalo lagi mo "dapet bulanan" (dapet bulanan ----> disini maksudnya bukan gajian sodara2!!) wadoooooh itu mah pernah sampe pingsan saking nggak nahannya.
Nah, berhubung saya jarang pulang, orangtua dirumah agak surprise waktu saya pulang kemaren. Padahal mah ya, kata temen2 saya "segitu mah nggak lebar kali, lo nya aja yang ribet!" tapi, nggak begitu dengan mama saya, dia dengan sarkasme nya komen sana sini soal bentuk badan.
sekali, oke lah...
dua kali, masih bisa diterima...
tiga kali, oh come on, inikan efek obat hormon nya! mau anaknya di operasi lagi?!
empat kali, "mah balik bandung dulu ya, udah puas ah liburannya" alias, "kuping saya udah cukup panas"

oke, saya tau, maksud mama saya baik
dia pengen anak sulungnya ini benar2 menjadi "perempuan" yang anggun, dan nggak serampangan. Satu hal yang dia inget2 adalah waktu saya pake kebaya dan maksa buat lari-lari, juga cara jalan saya yang menurut dia "maskulin abis!"
wajar kali ya, secara dia seorang ibu yang mulai deg2an dengan tingkat pasaran saya. Secara banyak dari temen2 saya yang udah dengan memuakkannya "jadi sarjana, kerja, dan bentar lagi merit"
saya tau dengki itu dilarang, tapi....ku bukan superstar, kaya dan terkenal... (ahahahaha apaaa seeeh) maksudnya, tapi...aku kan manusia biasa ya, yang pastiny sentimen juga kalo liat yang kayak gitu. Jadi inget masa2 keemasan dulu waktu SMP, SMA, kok kayaknya semua serba gampang, sekarang beeeeuuuh...buat bisa lulus aja setengah mampus.

dari sekian banyak hal itu, saya merasa minder dengan diri saya sendiri.
Untuk pertama kalinya, saya merasa kalah. Nggak cuma di satu bidang, tapi di banyak bidang. Saya kayak nggak punya apa-apa lagi yang bisa dibanggain. Nggak kayak si anu, nggak kayak si itu. Gituuuu terus, Sampe saya sebel sama anu dan itu.
Tipikal orangtua saya adalah tidak menunjukan rasa sayang mereka dengan gamblang malah kadang cenderung menghakimi untuk kesalahan2 kecil.
saya tau, itu tindakan preventif orang tua kepada anak, ibarat kata, kalo salah kecil aja saya dapet omelannya sampe begitu, apalagi kesalahan besar. Makanya, watch ur move!!
dan membuat saya secara tidak langsung berdiri pada sebuah kompetisi sosial bahwa si anu sudah begini, si itu sudah begitu dan saya tetap ada di level tengah (mundur enggak, maju juga jauh) adalah dengan maksud, mengajarkan saya kalau saya ini nggak lebih baik dari orang lain. Di atas langit masih ada langit, gitulah bahasa agama-nya.
berhubung anak pertama, saya inderectly, diminta untuk jadi pribadi contoh. Buat adik-adik saya nanti, dan untuk bisa bertahan sekuat-kuatnya saat saya harus menghadapi kenyataan paling menyebalkan dalam hidup: nggak dapet apa yang saya mau.

tapi kadang saya merasa sendirian kalo lagi "diajarin" seperti itu.
saya punya banyak alasan untuk menjadi seperti sekarang. Saya nggak dengan seenaknya menjadikan diri saya jadi seperti ini. Jadi telat daftar sidang, jadi agak tumbuh melebar, jadi single (saya piliha kata "single" karena itu bermakna "pilihan" daripada "jomblo" single itu pilihan, jomblo itu korban keadaan)jadi tetap berada di indonesia meski banyak dari temen saya udah terbang entah kemana tau.
siapa sih yang mau kayak gitu?
tapi inilah hidup, ini bukan surga. Saya harus bisa jadi sekreatif yang saya bisa, bikin yang asem ini jadi enak. Meski kadang, saya menangis sendirian.

Kadang itu lebih menyakitkan, saat kita harus dengan sisa-sisa tenaga terakhir, masih harus berdiri cuma biar keliatan kuat di depan orang lain. Kadang sangat menyebalkan, saat kita yang udah nyata2 kalah secara memalukan, masih harus senyum dan ngasih selamat ke pihak yang menang. Kadang sangat pengen bunuh diri, waktu kita menyadari kalo kita nggak terlahir sebagai Johny Depp ato Kate Winslet.
tapi bukannya proses menyakitkan, menyebalkan, dan pengen bunuh diri itu yang sebenarnya menguatkan kita? karena sesuatu yang tidak bisa membunuh kita, justru akan bikin kita jadi semakin kuat.
karena ternyata kita masih bisa hidup walo berdiri sempoyongan, masih bisa menjabat tangan orang lain meski jelas2 kita kalah, masih tetap bernapas meski "menjadi kita" bukan Johny Depp.

Ada perasaan jenuh ketika saya balik ke kota ini.
Ada perasaan sakit ketika saya kembali harus kalah. Dua kali, "tertusuk" ditempat yang sama, oleh pribadi yang sama, cuma beda setting.
lalu apa yang harus saya lakukan, well, sabar part II maybe...
karena jujur, saya nggak tau harus gimana.
sepanjang hari saya lewati dengan jalan2 nggak jelas di tengah kota. Biar badan luar biasa demam, tapi hari itu saya ingin mencari cara menggeser "batu" yang menyesakan hati saya.
mungkin, diseluruh kota ini, dengan banyak manusia dan banyak kepala, mereka punya masalah masing-masing, dan mungkin level masalah saya ini masih sangat kecil. Tapi ini yang Tuhan beri, ini yang Dia pilih sebagai cara agar saya paham jawaban dari pertanyan "ketika kamu jatuh, seberapa cepat kamu bisa berdiri lagi? dan bagaimana?"
saya belajar berdiri lagi. BELAJAR. Ya, itu satu-satunya cara yang saya tau. Metode klasik yang berkali-kali membantu saya seumur hidup. Waktu nggak bisa makan, ya belajar pegang sendok, waktu nggak bisa naik sepeda, ya belajar keseimbangan, waktu nggak bisa ngerjain soal matematika, ya belajar gimana caranya minggat dari pelajaran satu itu.
dan sebarapa cepat saya belajar berdiri lagi...

adalah seberapa cepat lintasan truk itu...

sebuah truk yang melintas di jalan raya, dengan tulisan khas di pantatnya, saya kira tulisan itu tulisan klise kayak "kutunggu jandamu" ato "jaga jarak"
tapi ternyata truk yang saya lihat hari itu, lebih wise tulisannya. lebih bijak. lebih bikin saya ngakak.

Tak seburuk yang kau duga

simpel, singkat, sok romantis, bikin muntah, nggak jelas apa maksudnya...

tapi, entah kenapa hari itu, tulisan tersebut membuat saya sadar "ya, kalo truk yang bikinan orang, yang sangat rombeng dan banyak kurangnya itu masih bisa dengan PD bilang kalo dirinya tak seburuk yang kita duga, lalu gimana dengan saya? hey, im human and as i know, diciptakan Tuhan dengan berbagai materi yang menakjubkan. Kenapa harus minder? Dengan otak saya yang nggak selebar punya einstein, saya toh masih bisa menyerap rumus E=MC kuadrat-nya. Otak saya sama dengan manusia lain, sanggup menampung milyaran galaksi, sanggup menerima hal yang paling modern dan paling tradisional. Kenapa harus jatuh kalo ternyata kita adalah sesuatu yang luar biasa?"

memang terkadang kita nggak bisa jadi seperti yang kita mau, tapi itu tidak berarti kita melupakan apa-apa yang sudah kita miliki.