Senin, 21 Desember 2009

Sempurna itu mustahil

Tulisan ini tidak bermaksud untuk personal-attack kepada siapapun, harap maklum. Ada banyak alasan kenapa saya lebih memilih agar blog saya tidak menampilkan komentar dari para pembaca. Bukan karena saya tidak butuh, tapi karena bukan itu tujuan saya menulis. Tulisan saya adalah bentuk eksistensi sebagai manusia yang kadang tidak bisa bicara dengan mulut. Beberapa seniman menggunakan musik, lagu, lukisan, puisi atau bahkan film. Untuk mengkreasi sesuatu yang sebenarnya tidak bisa mereka kemukakan. Atau bahkan sebuah film, dibuat untuk menciptakan sesuatu yang tidak mungkin ada di dunia nyata. Tidak semua dari para penulis, pelukis, musisi atau sutradara canggih itu membutuhkan komentar. Yang mereka tau hanyalah mereka hidup dan berkarya. Komentar membuat kita menjadi terkenal, tapi kita bisa saja mengomentari sesuatu yang tidak terkenal, sehingga saya idem dengan apa yang dibilang dewi lestari, terkenal belum tentu berkarya.

Banyak yang menjadi silent reader, saya tidak peduli. Komentar, baik atau buruk, seharusnya tidak menghentikan langkah seseorang. Dikomentari atau tidak, tidak menjadikan manusia itu "hilang" toh itu lebih baik daripada diam.
Banyak dari kita yang belum bisa menerima perbedaan pendapat. Banyak dari kita yang segera antipati hanya karena arogansi sesaat. Contoh kasus luna maya yang jelas2 ada pemicu-nya kenapa dia bisa berbuat se"kasar" itu. Kasus Prita yang juga pasti ada sebabnya kenapa dia sampai menulis di internet tentang RS yang bersangkutan. Dan banyak lagi yang lain.

Sebagian masyarakat yang "kata"nya digerakan oleh media untuk mendukung atau mencela dua orang tersebut, terus memberikan reaksi. Menurut saya itu bukan dorongan media, media hanya memaparkan fakta, selebihnya, masyarakat sendiri yang menilai. Masyarakat kita masih punya nurani, itu jelas. Banyak simpati yang mengalir ke dua orang tersebut, adalah bukti bahwa nurani memang tidak bisa dibohongi.

Itu hanya contoh dalam skala besar. Beralih ke contoh kehidupan sehari-hari. Saya ingin bertanya, dimanakah kita bisa menemukan manusia yang 100% sempurna? Manusia yang bisa mengatakan kepada manusia yang lain bahwa dirinya lebih baik dari orang lain? Manusia yang tidak pernah mendapat cibiran atau perlakukan tidak adil dari lingkungannya? Dimana ada yang seperti itu?

Terkadang kita menjadi sangat lebay ketika kita berharap lawan bicara akan bereaksi seperti yang kita inginkan. Kita akan me-reject dengan segera kalau ternyata dia menunjukan sikap yang jauh dari yang kita duga.
Sadar atau tidak, ketika kita berbuat demikian, kita menjadi tidak manusiawi. Bahkan untuk sebuah keluarga pun, tidak bisa kita memaksakan kakak sesuai dengan keinginan adik, ayah sesuai dengan keinginan ibu. Apalagi di lingkup sosial yang lebih serba "siape elo?!" Manusia punya jalan hidup sendiri, punya pikiran sendiri, punya keinginan yang tidak bisa dikendalikan orang lain. Itu jelas. Setiap manusia adalah pemimpin, khalifah, yang pasti punya cara-cara sendiri dalam memimpin hidupnya.

Mari kita bicara, ringan, dan tidak menggurui. Mari kita bertukar pendapat, dengan tidak saling menyerang. Mari kita terus disini kalau kita peduli. Tidak ada yang membenarkan tindakan kasar, tidak ada yang peduli entah anda mau berbuat seradikal apa, tidak ada hubungannya dengan kita. Tapi manusia itu punya nurani. Kita akan melihat sebab-akibat dari reaksi seseorang dengan bijak. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Tidak ada tindakan kasar kalau kita tidak dipancing lebih dulu. Mereka yang masih mau peduli adalah bukti nurani itu masih ada.

Mencoba mengingat kesalahan sendiri tidak pernah menjadi sesuatu yang salah. Pernahkah kita berpikir mungkin reaksi negatif dari oranglain itu berasal dari kita sendiri?
munkinkah dia yang selama ini menjadi partner kita sebenarnya sudah lama memendam rasa sebel pada sikap kita, lalu kemudian dimuntahkan karena sudah tidak sanggup menampung? bukankah itu artinya dia lebih sabar dari kita? dia lebih bisa menjaga perasaan kita sekian lama, sampai2 dia tidak memuntahkan amarahnya begitu kita salah.
Pernahkah berpikir bahwa setiap manusia selalu punya sisi baik, tapi kenapa sulit sekali bagi kita untuk mengingat itu?
dan mungkinkah, sebenarnya, kita sendiri yang tidak siap dengan beragam reaksi oranglain?

Saya tidak mengatakan kalau di luar negeri sana, orang sudah begitu bebas, tidak ada waktu untuk mengurusi perasaan orang lain. Saya tidak tahu, karena saya toh tidak bisa membaca apa yang sebenarnya ada di hati setiap orang. Apakah perasaan acuhya adalah sikap yang ada sejak lahir, kurang rasa empati, sedikit simpati, sibuk, atau memang begitulah cara mereka memperlakukan orang lain.
Saya pun tidak ingin berkomentar. Bagi saya, itu keberagaman cara hidup yang menarik untuk diperhatikan. Untuk ditiru? belum tentu cocok.
Saya berangkat dari kultur masyarakat yang tidak semuanya bagus, tidak juga semuanya jelek. Saya suka dengan toleransi, gotong royong, empati dan tutur bicara yang beradab. Meski kadang toleransi itu menjadi "suka ikut campur", gotong royong itu menjadi "ngurusin urusan orang lain", empati itu menjadi "sok peduli" dan tutur bicara yang beradab itu menjadi "munafik"

saya tidak ingin memikirkan perubahan makna kalimat-kalimat itu. Buat apa, toh manusia punya saringan sendiri untuk memilih mana yang baik mana yang salah. Tapi tetap, pada dasarnya, semuanya ingin berbuat baik. Ketika kita bilang "oh ini bagus ya" atau "oh nggak apa-apa, itu nggak salah kok" bukan salah kita kalau nanti lawan bicara kita punya pikiran "duh munafik, bilang aja ini jelek dan salah!"
itu juga bukan urusan kita, wong niat kita cuma ingin bicara sopan yang tidak melukai hati kok. Kalau nantinya timbul reaksi macam-macam, itu bukan urusan kita. Yang jelas, maksud kita baik.


Lagipula, tidak semua masyarakat kita siap dengan "kecuekan" orang-orang barat. Ketika kita dengan PD-nya, langsung tidak peduli ketika ada orang bicara nggak jelas, atau langsung pergi ketika saya tidak didengarkan, atau langsung bilang "jelek" pada apa yang saya anggap jelek...
apa yang seringkali kita terima? di cap sombong, di anggap negatif, di anggap tidak berselera. See? kita mengagung-agungkan cara hidup orang barat, kita cuek, tapi marah kalau dicueki, kita bisa dengan gampang menyerang pendapat orang lain, tapi marah kalau diserang, kita berbuat seenaknya, tapi marah kalau diperlakukan seenaknya.

Sekali lagi, itu bukan masalah kita tinggal dimana. Karena sesungguhnya mental dan sikap itu tidak pernah tergantung dari tempat dimana kita tinggal. Itu murni berasal dari kualitas kita sebagai manusia.

Manusia itu manusia, salah, khilaf, berprestasi, anjlok, baik, untung, rugi, negatif, positif, itu manusia. Tidak ada yang sempurna, bahkan untuk karya yang diusahakan sesempurna mungkin pun pasti ada cacatnya. Ibu saya pernah bilang, "manusia sempurna karena punya kelebihan dan kekurangan, kalau cuma serba lebih aja, serem juga kali" karenanya, sempurna itu mustahil, lalu apa salahnya mencoba bersikap empati? memaklumi kesalahan itu sebagai bentuk wajar kita sebagai manusia. Jangan mengharapkan lebih dari manusia, kita toh sama seperti Mang Wawan, tukang sayur langganan bu kos, cari rejeki juga, sama seperti Bu Sayang, tukang baso goreng langganan saya, sama pengan bersikap ramah juga, sama seperti Britany Murphy, akan mati juga, sama seperti Menteri, kita sekolah juga, sama seperti anda, kadang berbuat salah juga.

Tidak adil rasanya jika kita menghakimi seseorang hanya karena kita tidak bisa menerima reaksi dan sikap hidupnya.


*sekali lagi, ini bukan untuk menyerang siapapun, kalau ada yang merasa, maaf...

Rabu, 16 Desember 2009

aku dan dia

Bukan, jangan salah sangka dulu. Aku ini termasuk yang paling malas nulis soal laki-laki di blog. Bukan karena aku tidak punya, aku punya pun, akan kupikirkan 10 kali dulu kalau harus mengeluarkan semua perasaanku untuknya di depan umum. Baik itu benci, sebal, marah, atau kangen. Itu norak sekali menurutku. Yah, menurutku.

Ini tentang lelaki, tapi bukan yang berhubungan dengan kata senorak "pacarku" atau "cowokku"
aku punya banyak stok laki-laki dirumah, ada dua adik laki-lakiku, sepupu, om, dan kakek. Silahkan pilih. Menulis cinta tentang mereka membuatku merasa nyaman. Karena setidaknya seumur hidupku, aku mengenal mereka, mereka keluarga, dan untuk saat ini, mereka layak di siram berjuta-juta cinta dariku.

Laki-laki ini ayahku.
Harus kuakui, meskipun kadang sangat gaptek sebagai akibat lahir tahun 60an, ayahku orang yang sangat mengagumkan. Dia banyak kekurangan dicara bicara dengan anak dan cara mengoperasikan komputer, tapi dia luar biasa canggih dalam berhubungan dengan orang lain dan bermain gitar, dari elektrik sampai kentrung.

Ayahku pandai masak nasi goreng, tapi jangan sampai menyuruh dia masak Gulai Kambing. Aku tidak yakin, karena jam terbang masaknya hanya di seputaran indomie dan nasi goreng. Jangan suruh dia bikin bakso, ayahku lebih suka beli daripada bikin. Dengan alasan praktis dan tentunya cari aman karena jangankan dia, aku pun tidak bisa membuat bakso. Aku memang ahli dalam hal mengunyah dan memamah biak, tapi masak, jelas bukan bidangku. Ini faktor genetik yang diturunkan ibuku yang tidak suka masak, serta ayahku yang kemampuan masaknya sama standarnya dengan Farah Quinn ketika berumur 4 tahun.

Perhatian ayah pada ibu juga membuatku terharu. Sekian tahun menikah, adalah prestasi tersendiri bagi mereka, hingga membuatku mengidamkan sosok lelaki seperti ayah, yang kalau bisa, menjadi jodohku nanti. Ayah yang selalu menerima ibuku apa adanya meski kadang protes kalau melihat kaki dan perut ibu yang akhir-akhir ini bengkak. Tapi selama masih banyak klinik akupuntur dan dokter gizi, ayahku tidak perlu khawatir. tapi ibuku punya alasan yang logis dalam hal kegemukannya. Dia baru saja melahirkan anak keempat ayahku. Sedangkan aku? kegemukanku jelas karena faktor obat penyeimbang hormon, cokelat, nasi padang, batagor, dan siomay.

Tidak selamanya aku akur dengan ayahku. Ada banyak kata yang tidak pernah bisa diucapkan sampai sekarang. Seperti ada tembok yang besar seukuran tembok besar China kali tiga diantara kami. Meski kami tahu, kami saling menyayangi. Saling takut kehilangan, saling merasa tersakiti melebihi apapun jika salah seorang diantara kami sakit. Aku menyayangi ayahku, lebih dari yang aku tahu. Aku hampir tidak berani melawan ucapannya. Aku menyilahkan dia makan lebih dulu baru kemudian aku makan. Kadang aku masak, dan dia tidak pernah mencela masakanku meskipun dia tahu itu mengancam kesehatan perutnya. Dia hanya akan mengunyah dalam diam, lalu mungkin berharap seandainya dia berada di tempat lain.

Mungkin ayahku tidak seperti ayah Andrea Hirata yang sejak andrea kecil, betapapun bandelnya, dia tetap yakin, anaknya akan jadi "orang" suatu hari nanti. Ketika aku bandel, maka ayahku akan semakin ketakutan, kalau2 aku tidak akan pernah jadi "orang" karena begitu banyak keraguan dalam dirinya tentangku.
Ada banyak curhatannya pada ibuku tiap hari.
Ada banyak kekhawatiran yang kadang diucapkan secara sengak. Tapi ada juga usaha untuk yakin dalam setiap keraguannya.

Ada banyak air mata ketika aku mengetahui itu. Antara marah, tersinggung, dan terharu. Dan ada banyak doa setelahnya, karena ternyata ada begitu besar rasa takut dihatiku, takut kehilangan ayahku...

Banyak hal yang tidak akan pernah selesai aku tulis tentang ayahku. Tentang cueknya dan perhatiannya yang coba dia mix jadi satu. Bukan campuran yang memabukan seperti es teler, hasil mix-nya membuatku kadang ingin minum Paramex tiap hari. Tapi bagaimana pun, aku cinta dia. Aku cinta ayahku... Dan mungkin perusahaan Paramex juga cinta dia, hehe

Sabtu, 05 Desember 2009

tentang film

Bukan aku namanya kalau nggak suka cela sana, cela sini. Suka teriak-teriak kalau udah nunggu orang lebih dari 20 menit. Maki-maki kalau sedang mengantri di ATM dan orang yang lebih dulu masuk nggak keluar-keluar, seolah-olah mengoperasikan mesin ATM sama merepotkannya dengan menerbangkan pesawat Apolo ke Bulan. Paham kan dengan orang-orang kampungan yang tidak punya toleran dan seenaknya membuat kita menunggu lama. Mereka kira ATM itu milik tetangga mereka?! Oh ya ampun, ada apa sih dengan orang-orang ini...

Dan ada apa juga denganku? Detik-detik menjelang sidang akhir di kampus, aku tiba-tiba merasa kalau hidup ini menyakitkan. Sama menyakitkannya dengan ketika aku harus mendapati kenyataan paling payah dalam hidup: nonton New Moon.
Bagaimana bisa aku terjebak untuk menonton permainan tolol yang sama sekali nggak asik antara vampire pedofilia, cewek belia idiot, dan manusia serigala kurang kerjaan.

Aku tau, kemungkinanku untuk membuat film yang lebih berguna dari New Moon itu sama dengan kemungkinan manusia hidup di planet Pluto. Aku tau aku tidak mungkin menciptakan imajinasi yang lebih keren dari Leonardo-DiCaprio-yang-entah-kenapa-hanya-Tuhan-yang-tahu-tiba2-melamarku.
Ya, aku sudah lama mengimajinasikan itu. Mengerikan memang. Tapi aku anggap itu wajar, aku yakin, ratusan gadis lain pernah berimajinasi lebih mengenaskan dari imajinasiku, seperti: jadi pembantu Arie Wibowo misalnya.
Karenanya, tidak mungkin sekali aku bisa berimajinasi seperti pengarang New Moon. Aku hampir mengatakan siapapun yang membuat cerita itu, masa kecilnya sangat suram, hingga dia jadi pecandu coklat Cadburry dan tayangan fiksi. Bagaimana munngkin orang yang sadar akan bahaya kejang otak bisa membuat cerita separah itu?

oke maaf, terlalu sarkastik. Sungguh, aku benar-benar hampir memikirkan kemungkinan tersebut ketika dengan sangat tidak sopannya nasib membawaku menonton film yang sejak jutaan tahun lalu aku hindari. Film itu jelas menjual mimpi, tentang anak remaja di daerah terpencil yang mendambakan seorang Mr. Right, dan akhirnya muncullah si vampire yang entah kenapa, tiba-tiba jatuh cinta dengan anak remaja tersebut. Lalu cerita menjadi kurang asik kalau cuma berhenti sampai disana, diciptakanlah manusia serigala yang juga punya hati dengan anak remaja itu. Terjadilah kisah cinta segitiga tanpa konflik yang sangat menegangkan.
Oh ya Tuhan, rasanya ingin sekali melempar layar bioskop pake sepatu.

Tapi jelas itu bukan salah layar bioskopnya, bukan juga salah gadis-gadis remaja kecepetan puber yang selalu teriak-teriak pas vampire yang menurut mereka ganteng muncul, bukan juga salah sutradara yang sudah dengan khilaf-nya memvisualisasikan cerita bodoh itu, bukan juga salah si pengarang cerita karena aku masih yakin dia menderita tekanan batin akut sampai bisa-bisanya membuat cerita seperti itu.

Itu semua bukan salah mereka. Tapi salahku. Pertama, harusnya aku tanya dulu film apa yang akan ditonton ke teman-temanku sebelum dengan serampangannya datang telat dan tanpa pikir panjang masuk bioskop, ya Tuhan...itukan memang rencana mereka, menjebakku. Kedua, harusnya aku segera menelpon ambulance waktu film sudah berjalan 15 menit, itu bisa mencegah migren berkepanjangan yang aku alami pasca keluar dari gedung bioskop. Ketiga, harusnya aku mengingatkan si sutradara untuk tidak lupa memberi peringatan akan bahayanya kata-kata dalam film ini, seperti: Bella, you give me everything by just breathing...
Yak, kata-kata manis dengan kadar gula 170% yang bisa membuat kita terserang diabetes itu ada disepanjang film, oh andai saja aku tau nomor telpon Si Pak Sutradara. Keempat, jelas ini salahku yang selalu cuma bisa maki-maki.

Aku yang cuma bisa komentar dan mengumpat "film keparat!!!" ini jelas sangat salah karena tidak bisa menikmati seni yang ditawarkan New Moon. Sungguh, ini bukan berati aku iri dengan karakter si cewek yang begitu beruntung di perebutkan dua laki-laki yang kata orang-orang keren itu. Bukan. Karena pada dasarnya aku lebih suka sendirian daripada harus punya pacar vampire dan manusia serigala. Sangat tidak aman sekali bukan.
Aku yakin adanya aku yang sekarang menjelek-jelekan film ini adalah karena aku memang payah, tidak bisa menghargai seni, selera rendah, dan sangat tidak bisa diharapkan sampai-sampai cuma bisa komentar.

Tidak apa-apalah.
setidaknya aku masih bisa hidup dengan 87% sifat menyebalkan ini. Meskipun diam-diam aku bertanya, apakah aku satu-satunya manusia paling konyol yang pernah diciptakan?

tentang orang-orang

Kalau ada lomba siapa yang paling ahli dalam hal menyiksa diri sendiri, aku pasti akan keluar sebagai pemenang. Aku sendiri ketakutan kalau2 sebenarnya aku ini seorang masokis, meskipun demi Tuhan, melihat pisau saja kadang aku takut. Seperti sore ini, aku tau aku tidak seharusnya keluar kosan, hujan dan bokek. Dua hal yang menyedihkan. Tapi seolah keadaan itu belum cukup membuatku sadar untuk tetap tidur saja dikamar kosku, aku beranjak keluar. Dengan segenap ketololan yang sudah kuhapal karena selalu hidup dalam diriku, aku menghabiskan saja sisa-sisa uang terakhirku membeli yoghurt dengan harga sialan.

Juga dengan idiotnya aku pergi ke kawasan Anti Single, Ciwalk. Sudah pasti aku jadi satu-satunya manusia yang berjalan sendiri di tempat terkutuk itu. Ratusan juta pasangan berkumpul dan saling menjijikan diri satu sama lain. Oh ya Tuhan, ada apa denganku ini, kenapa jadi sangat sarkastik.
Bahkan dengan terang-terangan aku memperhatikan mereka dengan culas, seolah-olah aku adalah seorang pendeta dan mereka sangat salah karena sudah bergandengan tangan didepanku, karena bagiku bergandengan tangan itu dosa besar kedua setelah membunuh babi hutan.

Memang aku masih cukup manusiawi, tersenyum dan berusaha seceria mungkin, padahal dalam hati ingin cepat2 pulang kekosan, meratapi kesalahan, merasa sendirian, lalu bunuh diri dengan bahagia.
Banyak pasangan, mulai dari yang domestik sampai turis, datang ke tempat laknat itu. aku sendiri heran kenapa aku menginjakan kakiku disana. Jelas2 itu buang2 waktu dan hanya membuat jumlah dosaku semakin bertambah, karena:

1. Ketika melihat pasangan turis berambut blonde yang mesra, aku tersenyum ramah, namun dalam hati teriak "brengsek!!"

2. Waktu mau menyebrang jalan, aku melihat pasangan ABG yang memuakan naik motor, aku tersenyum ramah, sambil teriak sekencang-kencangnya dalam hati "mudah-mudahan motornya mogok!!"

3. Di dalam angkot, melihat pasangan kekasih yang laki-lakinya merupakan perpaduan antara vokalis Kerispatih dan Dono, aku tersenyum ramah pada si perempuan, dan dalam hati tertawa puas "hanya Tuhan yang tahu kenapa kamu belum memutuskan laki-laki senorak itu kawan, oh ya Tuhan, apa maksudnya dia pegang2 begitu, inikan tempat umum. Apa kalau mukanya begitu, maka kelakuannya juga harus mesum ya?!"

4. Angkot sempat berhenti sekitar 500 jam saat menunggu dua gadis SMA yang menganggap jalanan Cipaganti adalah Catwalk. Mereka berjalan dengan kecepatan siput supersonik. Aku tidak segan2 memasang muka akan-kutendang-kamu pada dua gadis tengil itu. Mereka memang melakukan segalanya dengan lambat, duduk pun lambat, lalu mereka saling tatap, dan tersenyum dengan lambat, aku bersumpah tadi dalam hati aku teriak "dasar lesbian!!!"

Sungguh aku tidak bangga dengan cara pandang mengerikanku ini terhadap orang-orang yang sudah dengan menyebalkannya punya pasangan hidup. Aku tidak bangga, tapi tidak juga menyesalinya. Aku tau, aku ini gabungan mnyedihkan antara acara Sesame Street dan Sinetron Intan.Berusaha seriang mungkin, padahal dalam hati sangat dangdut.
Aku bahkan hampir mengagumi tingkat munafik-ku yang luar biasa ini. Bagaimana mungkin aku bisa menipu diri sendiri, padahal dalam hati menjerit ingin diperhatikan juga.

Sekarang uangku sudah habis. Sekedar untuk membuktikan betapa menyedihkannya aku berada dikosan sepanjang hari tanpa ada satupun pesan masuk ke handphone, aku sampai memutuskan untuk jajan dengan uang seadanya yang sungguh, itu adalah hal yang tidak perlu, ditambah dengan jalan2 di daerah terkutuk yang kusumpahi habis-habisan biar cepat bangkrut.
Kadang aku memang menyebalkan, termasuk terhadap diriku sendiri. Aku tahu segalanya sudah cukup mengerikan, tapi aku juga ingin tantangan, apakah aku masih bisa bertahan jika keadaan memburuk dua kali lipat. Itulah yang selama ini aku lakukan, tantangan bodoh untuk diri sendiri, padahal aku tahu, bahkan diriku sendiri pun tak sudi memuji jika aku menang.

Jumat, 04 Desember 2009

tentang itu

Kalau akhir2 ini aku sering menuliskannya dengan agak sebal, itu sama sekali tidak mengubah apapun, karena pada dasarnya aku dan ibuku selalu baik2 saja. Terkadang aku justru senang dengan hubungan kami yang unik, dekat, dan perbincangan kami yang asik, mulai dari masalah penting seperti: apakah sebenarnya yang membuat Irwansyah putus dari Acha Septriasa. Sampai masalah tidak terlalu penting seperti: berapa harga kawat gigi Acha Septriasa? (Sepertinya dua-duanya nggak penting ya)

Obrolan kami bisa mencakup segala aspek, ibuku akan dengan sangat lihai bertukar cerita tentang masa muda nya yang tidak begitu menyenangkan tapi bebas polusi, bisa juga kami berdiskusi tentang pada usia berapakah Mike Tyson memutuskan untuk botak?
aku pikir, berapa banyak anak-anak perempuan di dunia ini yang bisa punya hubungan semenyenangkan itu dengan ibu mereka? aku pantas bersyukur untuk yang satu ini.

Ibuku hanya tegang akhir2 ini, karena meskipun aku tau, dia berusaha setengah mati untuk menerima kenyataan kalau sebagian besar teman2 sekolahku sudah menikah dan hidup bahagia, tapi tetap saja masalah itu seakan menjadi paku payung di sepatunya.
untuk ketabahan luar biasa beliau yang dengan sangat sabar menghadapi anak perempuan sulungnya ini, rasanya tak berlebihan jika aku menghadiahinya berkarung-karung sayang setiap hari.
aku tidak menyalahkan sikapnya yang terkadang uring2an, mengingat dia selalu memikirkan aku setiap kali melihat majalah wanita, membuatku yakin, ibuku hanya ingin yang terbaik. Aku tidak pernah lelah mendengarnya berpendapat tentang baju apa yang sepantasnya aku pakai, aku tidak pernah menghalangi niatnya untuk mengkreasi baju apapun bentuknya itu, hanya agar aku terlihat menarik dimatanya.
buatku, itu semua menyenangkan, kecuali bagian dimana dia harus dengan terus terang berkomentar kalau aku ini tidak begitu menarik.

Sudah lama sekali aku tidak memikirkan cinta. Mungkin sebenarnya aku tidak pernah merasakan itu sama sekali. Aku justru ngeri kalau harus berdiskusi tentang ini. Cinta sejati, saling mengerti satu sama lain, hidup bahagia selamanya...buatku terdengar seperti legenda sangkuriang dan candi prambanan. Cantik, indah, menghanyutkan, tapi diragukan kebenarannya.

Ibuku sendiri yang mengajarkan aku untuk menjadi kuat, meski aku tau diam2 dia khawatir dengan status lajangku kalau2 itu akan jadi permanen. Menurutnya, melibatkan emosi dalam hubungan duniawi seperti kerja, cinta dan sosial, itu sama berbahanya dengan milkshake coklat bagi penderita diabetes akut.
Sistem pertahanan tubuhku sendiri berbanding terbalik dengan kemampuan kerja otak. Sistem pertahanan itu akan dengan sangat otomatis dan cepat menolak apapun yang mungkin mengancam kesehatan jiwaku, seperti: terlibat cinta dengan laki-laki.
itu yang kadang membuatku mengutuki diri sendiri, karena ternyata aku sendiri yang menolak kehadiran sesuatu yang mungkin indah.

Aku memang tidak akan menangis dengan perpisahan, kalau2 nanti aku mencoba untuk pacaran dan hubungan itu tewas ditengah jalan. Aku hanya akan berusaha menahan diriku untuk tidak menyemprot mulut dengan Bayfresh.
Kejadian itu tidak akan bertahan lama, aku orang yang pelupa. Hanya saja, aku tidak akan pernah sudi pacaran lagi.
Ibuku yang uring2an tiap kali mengingat statusku sambil melihat anak temanku yang sudah berumur satu tahun, akan bersikap sama. Ibuku tidak akan dengan histeris memintaku cepat2 menikah, hanya dia tidak akan pernah bisa tidur nyenyak sampai dua bulan kedepan. Lalu ayahku yang cuek tapi diam-diam perhatian, akan mulai menasehatinya macam2 sampai ibuku merasa "tenang, semuanya akan baik-baik saja"

Sikap acuh yang kutebak diwariskan ayahku ini, terkadang membuatku selamat ketika harus berbohong (baca: pura2 senang) ketika melihat banyak pasangan berusia sepertiku jalan2 di mall, mereka bergandengan, tertawa, atau keduanya.
Aku akan tersenyum meski dalam hati ingin sekali melempar mereka ke pemukiman suku kanibal di pedalaman Afrika yang sudah tiga tahun tidak makan.
Aku cukup ahli dalam hal ini. Sampai aku menyadari, itu bukan sikap cuek, tapi sirik tertahan. Aku akan menyelamati mereka dan berharap untuk kebahagiaan yang lama meskipun hatiku mengumpat sejadi-jadinya.
Munafik? mungkin. Itu sama saja dengan kalau kamu melihat wanita cantik, tinggi langsing, dan dalam hati kamu berdoa semoga dia tolol setolol-tololnya supaya kamu bisa dengan tanpa rasa bersalah meremehkannya habis-habisan.

Rumus untuk kasus ini biasanya singkat dan menyebalkan, "hidup itu tidak pernah adil" entah kenapa aku percaya kata2 bodoh ini. Aku sendiri tidak pernah bisa percaya dengan kisah cinta platonik maha dahsyat yang akan membuatmu menikahi siapapun itu yang kamu pacari hanya setelah sebulan pacaran. Kalau kamu cukup beruntung karena ternyata pacarmu itu ganteng, maka kamu akan menikahinya secepat yang kamu bisa, besok pagi paling lambat. Lalu setelah sekitar tiga ratus tahun berumah tangga, perasaan kamu terhadapnya masih sama seperti saat kamu disengat cinta untuk pertama kali.
demi Tuhan.
tidak ada yang seperti itu.

Cinta akan menjadi "kebiasaan yang nyaman" sampai kamu lupa, sebenarnya rasa itu masih ada atau tidak. Yang biasanya tidak peduli pada bentuk badan, maka setelah kira2 seratus lima puluh tahun berumah tangga, kamu akan dengan gampang mengatakan kalau sebenarnya kamu tidak pernah menyukai badannya yang terlihat seperti Winnie The Pooh. Kamu tidak akan takut dia pergi karena "kebiasaan yang nyaman" akan membuatnya berpikir ulang untuk mencari wanita lain.
Cinta akan menjadi sebuah "kewajaran" sampai kamu tidak bisa berpikir adanya kemungkinan kamu bersama laki-laki lain. Karena keberadaannya bersama mu adalah sesuatu yang memang sudah sewajarnya. Kamu tidak akan pernah membiarkan dirimu sendiri keluar dari kewajaran yang akan membuatmu terasing dari peradaban, bukan?

Cinta akan menjadi hitungan kalkulatif tentang umur. Sebagian dari kita akan dengan mudah melepas masa lajang demi menghindari cibiran tetangga yang mungkin sama menyebalkannya dengan para pedagang Arab di Tanah Abang, yang diam2 berdoa supaya kamu jadi perawan tua. Meskipun kamu tidak yakin dengan apa yang bisa ditawarkan lelaki itu untuk masa depanmu, tapi setidaknya pernikahan tersebut akan membuatmu menang, dan tetanggamu cemberut ketika harus mengakui "iya ya, kamu akhirnya laku juga" yang mana akan membuatmu mendapat 500 poin dalam acara saingan itu.
Kamu tidak akan memikirkan bagaimana hidupmu dan pasanganmu sampai lima tahun kedepan. Apa yang akan dia katakan kalau kamu minta kenaikan uang bulanan karena harga2 semakin naik?
a) akan kuusahakan sayang, itu sebabnya aku berkerja keras
b) jangan minta apa2 lagi, atau itu akan memberiku banyak alasan untuk segera menceraikanmu.

Cinta akan berubah menjadi pasar gengsi. Bagaimana latar belakang keluarga atau pendidikan calon pasanganmu adalah harga mutlak yang akan memberimu kebanggaan tiap kali kamu bertemu teman2mu. Kalau dia berasal dari keluarga sekaya Bakrie, maka meskipun kamu tau dia begitu mengerikan karena punya kebiasaan makan mie dari hidung, kamu tidak akan pernah "tega" memutuskannya. Kalau dia lulusan Harvard, maka meskipun dia seorang kutu buku yang sama sekali tidak seru, kamu akan mengingkari akal sehatmu dan mulai berpikir "siapa yang butuh tantangan, hidup ini sudah cukup seru tanpa perlu pria seru!" dan kamu akan memaafkan dirimu sendiri seandainya suatu saat kamu mati bosan. Paling tidak, status sebagai istri si lulusan Harvard akan menjadi cerita mengharukan bagi cucu-cucu mu kelak.

Tentu saja semua yang kukatakan itu omong kosong. Itu hanya karena aku tidak ingin mengakui kalau aku kalah, dan betapa bosannya aku terus-terusan ada di pihak yang kalah. Tapi juga karena aku terlalu menyebalkan, aku tidak akan pernah mengakui itu semua, aku biasanya memang akan berkomentar demikian. Biarkan saja aku bercerita macam2 tentang bahaya cinta bagi kesehatan, biar para pasangan itu putus. Mampus.
Aku tidak menyangka aku punya sifat semengerikan ini. Salah seorang temanku bahkan sampai dengan gamblangnya mengatakan kalau aku terlalu banyak berhalusinasi. Aku takut menghadapi sesuatu yang buruk sambil diam2 terus mengharapkannya terjadi. Aku tidak yakin akan adanya kisah cinta picisan yang meledak-ledak karena aku tidak pernah bisa mempercayainya.

Tidak ada cara untuk 'percaya' selain 'belajar percaya'
tapi dengan gengsi setinggi gunung Himalaya, aku lebih suka minum teh manis campur dua pecahan kaca daripada harus percaya pada hal yang selama ini mati-matian aku hindari.
Aku memang tidak akan menolak saran itu mentah-mentah, hanya menggertakan gigi dan menderita dalam diam. Aku tidak akan dengan kurang ajar mengacuhkan saran seorang teman yang sungguh-sungguh, hanya aku akan berharap seandainya aku berada di Moscow dan tidak perlu mendengar ocehannya.

Mungkin hal2 seperti ini sudah diramalkan Ibuku sejak pertama kali dia tau kalau dia mengandung aku. Pasti banyak pikiran negatif yang menyelimutinya sepanjang dia hamil, dan membuatnya sadar anak macam apa yang nantinya harus dilahirkan. Mungkin itulah yang membuat ibuku senewen.
karena dia pasti akan berani bertaruh jutaan dolar kalau dengan sifatku yang angkuh, sok tau, menyebalkan, dan cuek pada segala sesuatu ini akan membuat siapapun laki-laki yang sudah mengenalku selama sebulan akan berusaha melarikan diri.
Ibuku terus menerus meyakinkan dirinya bahwa aku diciptakan dari tulang rusuk calon suamiku, hingga suatu saat dia akan menuntutku untuk menikahinya sebagai alat penebus utang. Pikiran itu membuat ibuku tenang, meski dia sedikit sangsi, jangan2 laki-laki yang tulang rusuknya kucuri itu sangat baik, hingga dia mengikhlaskan saja semua hutangku padanya.

demi Tuhan
pikiran ini membuatku takjub. Lihat bagaimana cepatnya cara kerja otakmu setiap kali kamu membiarkannya berpikir negatif. Itu sama dengan menyiksa diri pelan2 dan akhirnya menjadi "kebiasaan hidup" bagimu.
aku takjub karena sampai sekarang aku belum menangisi diri sendiri, meski seringkali aku kepayahan untuk bersikap normal karena sebenarnya aku tidak pernah begitu menyukai hidup ini.
Ibuku dengan sangat bijak menyuruhku untuk dekat dengan Tuhan, untuk mengemis segala kebahagiaan yang mungkin masih ditahan untukku. Aku kira itu solusi terbaik saat ini, biarpun itu sama menyedihkannya dengan jalan2 di alun-alun kota sambil pakai kalung "Aku Putus Asa." Tapi setidaknya, aku bisa melakukan hal yang 'benar' dalam hidup. Yah, berbicara dengan Tuhan, tidak pernah menjadi sesuatu yang salah bukan?

tentang gendut

akhirnya aku ke dokter gizi juga. Aku tidak bisa berbohong kalau aku mendapat kelegaan luar biasa karena dua orang ahli di bidang gizi dan berat badan dengan jelas mengatakan "tidak ada yang salah dari tubuh anda, berat badan anda masih normal, hanya kelebihan 5 kilo, yang mana sangat wajar bagi pengkonsumsi obat penyeimbang hormon. Ada yang jauh lebih buruk dan mereka semua tidak mati sengasara hanya karena kelebihan berat badan sekitar 50 kilo"
cukup melegakan...
bahkan aku tidak diberi terapi diet atau mengkonsumsi obat pengurus yang kalau kamu telat meminumnya, maka kepastian kebenaran berat badan kamu akan naik 3 kali lipat sama dengan kebenaran kalo wakil presiden indonesia sekarang adalah Boediono.

yang bilang badanku menjurus cutbray hanya si mama tercinta yang ngeri waktu lingkar perutku naik sekitar 2 sentimenter.
menurut mama, hal itu sama mengerikannya dengan isu kiamat tahun 2012.
padahal naik 2 sentimeter menurut sebagian besar orang, sama tidak bergunanya dengan menyiram dua gelas air putih ke samudera pasifik.
orang tidak akan melihat adanya kenaikan permukaan air setinggi nol koma sepersekian inchi yang mungkin akan membuat orang-orang greenpeace kembali berunjuk rasa tentang bahaya global warming.
demi Tuhan...
itu hanya dua sentiiii...

aku segera melaporkan berita bahagia ini ke si mamah, dengan tidak lupa mengatakan ulang semua yang dibilang dokter gizi
"badan anda normal, sangat normal, masih bisa pakai baju ukuran S berarti nggak ada masalah, pinggang anda masih berbentuh, kaki masih bagus, lengan normal, perut menjurus kedepan itu karena faktor genetik. Apa perut ibu anda demikian?"

kalimat terakhir si dokter agaknya membuat mama sedikit kaget.
maka dengan tingkat kehalusan seperti biasanya, dia menjawab "jangan terlalu percaya mulut manis dokter, dia bilang kayak gitu karena nggak mau kamu stress aja"
sempurna.
singkat, dan cukup membuatku menyesal setengah mati sudah membuang 100 ribu terakhirku untuk berkonsultasi ke dokter gizi yang dianggapnya cuma 'tidak ingin membuatmu stress'
ada perasaan, kalau tidak ingin aku kesana, kenapa terus memojokanku dengan masalah dua senti itu...

aku tidak bohong, aku lega karena si dokter gizi itu tidak kelihatan seperti pembohong yang takut kalau2 aku akan ngamuk2 sampai berbusa ditempat prakteknya kalau dia bilang "anda kena obesitas, berat badan anda naik 5 kg, dan lingkar perut anda sama sekali tidak normal, saya biasa menemukan kasus seperti ini pada gajah hamil yang kena sakit gondong di selurub badan, saya tidak akan memberi anda obat apa2 kecuali arsenik kalau2 anda ingin bunuh diri"
tidak.
tampangnya sungguh2 dan malah terkesan 'ya ampun nona kuntil...anda ini membuang waktuku sekali, masalah begini saja sampai harus ke dokter gizi...wtf'

aku berpendapat demikian karena si dokter gizi dengan terang2an bilang, "yang harus diperbaiki adalah cara berpikir anda, jangan melulu memandang kalau anda ini gendut, itu justru menyiksa, karena saya yakin tidak ada orang lain yang berpendapat demikian kecuali dia terbiasa hidup dengan orang2 anoreksia"
melegakan sekali bukan.
aku sampai ingin permisi dari ruang prakteknya sebentar dan mengecek kalau2 aku salah masuk ruangan, ini ruang konsultasi gizi atau psikolog?? kenapa bijak sekali si dokter itu bicara. Yah, itu setimpal dengan harga konsultasi yang bikin aku kere 2 minggu setelahnya.

dari sebuah buku yang aku baca, penulisnya bilang "mau berat badan yang seperti apa? model2 di eropa? apa kamu tau kenapa mereka semua kurus2? itu karena para desainer itu homo!! mereka tidak mau ada tonjolan di dada dan pantat untuk semua baju rancangan mereka. Jadi mereka menetapkan standar sialan itu, kalau semua model harus kurus sekurus-kurusnya, karena wanita berisi tidak membuat para desainer tadi suka, itu sebabnya mereka diskriminatif dan hanya membiarkan para model laki-laki yang boleh berbadan besar"

aku tergelak membaca buku itu, teorinya tolol sekali.
tapi itu membuat nyaliku bangun. tidak ada yang salah dengan berat badan, bahkan kalaupun itu menjurus ke arah yang lebih buruk, misalnya dari cutbray jadi daster kupu-kupu, itu tetap bukan masalah, selama kamu tetap menjadi dirimu sendiri.
masalah berat badan tidak mungkin menyakiti kamu sampai membuatmu ingin bunuh diri. Bahkan seorang ahli gizi saja tetap berpendapat bahwa 'cara berpikir' adalah kunci untuk mengatasi itu semua, maka kenapa tidak mulai mencoba untuk mengatakan pada dirimu sendiri bahwa kamu cantik, menarik, dan pantas memakai baju apapun yang kamu mau?

nggak mosting, cuma kirim pesen aja ke si om

Genta Maghvira 04 Desember jam 15:33

ooooooooommmmmmmmmm....u wont believe what kind of movie i watched. that was totaly DISASTER...
harusnya aku udah nyadar ya, dateng mepet2 pas film mo diputer, temen cuma bilang "M4 studio 4, kita semua udah masuk, kamu nyusul aja kalo emang telat" dengan perasaan innocent, aku masuk aja gitu ya...
sama sekali nggak liat poster judul film sebelum masuk XXI.
pas udah masuk, jeng jeeeeeeeng!!! cekressss....ada break ada kit kat!
ada jepit pengen dikepret! ternyata felemnya. NEW MOON dooooooooong!!!!!
wedaaannn....pengen telpon ambulan biar bisa segera diselamatkan sebelum kejang2 sampe mulut berbusa gara2 baru 10 menit film aja, vampire-nya udah lebaaaaaaayyyy bgt!!
jadi itu tuh cerita sejenis vampire kebanyakan make bedak, which is bikin muka dia jadi kaya pemain kabuki, padahal jelas2 lehernya item (wooooiiii itu make up artisnya nggak pernah kenal Etik Karunia gitu??? just tell my mom gitu lhoooh!!), nah si vampire ini usianya 109 tahun dan pedofilia, karena dia folinlop sama cewek najis yang horny-an berumur 18 tahun.
ya ampuuuun itu cewek....(nggak tau ya namanya siapa, lupa. bela, isabela ato ambrela, pokoknya lalalala gitu deh) masak ya, dikit2 maunya sama edward cullun (nama si vampir), dikit2 minta cium, dikit2 minta digigit aja biar bisa hidup abadi sama si edward, oh come oooonnnnn....

udah gitu, sepanjang 2,5 jam (yang menyiksaku abis2an, tapi terpaksa harus keliatan eksaitit karena adik temen aku sukaaaaaaaaaaa bgt sama ni felem) isinya tuh cuma kisah cinta lebay dengan perkara yang mengada-ada. Menonton film ini bikin sinetron TERSANJUNG kayaknya patut dapet oscar. Jelas ya...ni felem, gileeeeeeeeeeee garing abis!!

pas ulang tahun si cewek, tangannya tuh luka, nah vampir kan haus darah gitu ya, jadinya temennya si edward mau nerkam dia gitu, tapi sama si edward, si cewek lebay ini di dorong menjauh biar nggak sampe diterkam (sumpah, aku berharap ni cewek dibikin mampus aja waktu adegan dorong2an itu) nah jadinya si edward ngerasa bersalah sama si lebay, dia bilang "i cant protect u, i wont be with u again, i gotta go, and u will be just fine without me"
oh come on....109 tahun gitulooooh...masak cuma karena masalah kaya gitu aja jadi lebay!!

nah si cewek lebaynya depresi, dari oktober-desember, dia cuma bisa nulis email sama Alice (yang ini cakep bgt, kakaknya si edward) dia kayak nyeritain hari2nya tanpa edward gitu, semacam diary. soalnya semua keluarga edward cullun pergi entah kemana.

anehnya, ni cewek pake MacBook, which is, dia ngerti internet dong, dan pastinya dia tahu apa itu HANDPHONE, benda yang sangat lazim di BEC. tapi dia tuh nggak nelpon edward, ya ampuuuun 2009 gituloooh....kalo emang tu cowok pergi, ya nggak usah nangis, kan masih bisa sms-an, BB-an kek...ya ampun...idiot has no limit gitu ya?

udah gitu, dia ketemu lagi sama cowok, namanya jacob, nah jacob ini manusia serigala gitu deh (heran ya, yang mau sama ni cewek kok sebangsa vampir sama werewolf gitu...nggak ada "manusia" nya) si werewolf ini juga lebay. sepanjang film, cuma pake celana pendek doang, kencan, makan, (tapi anehnya tidur pake kaos) sama JJS, semuaaaa cuma berkancut.
agak2 gimanaaaa gitu ya liatnya, masalahnya kawanan werewolves itu jadi keliatan kaya iklan celana lepis.. pake jins kecil kemana-mana.

mana ya, pas tu cewek jatuh dan paling palanya kebentur aja, ni werewolf sampe buka baju demi ngusap palanya. ya ampuuun eksibis..
pas dia juga harus ninggal ceweknya gara2 sebagai werewolf mungkin dia bisa mengancam jiwa si cewek secara kontinyu, si jacob bilang "i have to go...its not about you...its about me..." ampuuun...dengan badan sekeren itu, se martabak itu, secakep itu, harusnya dia bisa bilang apaaa gitu, bahasa perpisahan yang lebih fesyenebel...bukan kata2 mutiara jaman ida iasha masih eksis kayak gitu!.

harusnya kan vampir kebakar ya kena sina matahari, nah ini, si edward, waktu buka baju siang2, badannya dia nggak kebakar, ato minimal berasap, tapi sparkliiiing doooong... ya ampuuun...ini vampir apa putri duyung siiih...

beneran deh, sepanjang 2,5 jam, anda akan disiksa dengan parade pria berkancut, vampir lebay (yang nggak bisa ngomong apa2 selain ai laf yu) dan cewek ababil (abg labil) yang akan merusak pencernaan anda secara permanen kalo sampe anda menonton film ini. ahahahaha....
aduuuh om...kirain mo nonton ninja assasin...
mana di dalem bioskop, dikit2, anak2 SMA pada treak2 "KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA edward ganteeeeeeeeeeeng"
dem!

kenapa ya judulnya nggak come moon...bukan new moon. bukan bulan baru, tapi "datang bulan" aja gtu... abis lebay, persis cewek kalo lagi PMS.

hehehehe...

maaf ya om ni pesennya kepanjangan, jangan bilang sapa2 ya, mamah doyan new moon juga soalnya, ntar aku bisa dikata2in "selera rendah, dikasih new moon nggak masuk, giliran film di indosiaaar aja nontoon..." lagi, hehe... tapi aku nggak suka juga film2 di indosiar,soalnya kalo pergi2 jagoan-nya suka pake burung elang, kan aku sukanya cowok yang naik ducati, hahahahaha...

tadinya mo lewat ceting di fesbuk aja ngomongin ininya, tapi nggak tau kenapa tadi aku PM kok nggak mau masuk, yowes tak tulis neng kene wae...hehe

kapan2 steak yoooo!!!!