Rabu, 13 Agustus 2008

masih ada besok.

Hari ini saya bertemu seseorang. Teman lama... kira2 sudah setahun saya tak lagi berjumpa dengan dia. Ada perasaan berbeda ketika kita bertemu lagi, seperti menatap diri sendiri. Dia sedang dalam kondisi kacau. Tahun lalu dia menertawakan saya untuk kondisi yg sama. Sebuah kalimat meluncur keluar dari bibirnya yang tipis, kalimat tertahan yang sepertinya tersumbat dikerongkongannya.
"Patah hati itu gak enak ya..."
yaiyalah bego!
siapa bilang enak?

saya seolah dikembalikan pada masa itu. Sebuah memori yang sudah lama ingin saya kubur rapat-rapat. Tapi bener apa kata orang (sok)bijak, semakin kita ingkari, sesuatu itu akan semakin meledak keluar dengan sendirinya. Biarkan saja semua itu terjadi, let it be...berusahalah untuk menerima kenyataan bahwa kita bisa jatuh juga. Dengan berusaha menerima, mungkin tidak akan mengubah kenyataan, tapi setidaknya tidak menambah masalah kan?

saya menemani dia seharian. Mukanya kusut, dia berjalan bersama saya menyusuri jalan utama kota semarang...tapi saya yakin, jiwanya tidak berjalan bersama saya. Pandangannya pun tidak sama dengan pandangan saya yg melihat ke tukang tahu gimbal, es cendol, bakso, kucingan...oh whatever..saya memang suka melihat makanan.

"aku merasa sepi..."
kalimat kedua itu terlontar dari bibirnya yang masih tipis. kali ini dia menunduk, dalam, napasnya berat berusaha menahan air mata.
saya tahu...
dimana pun juga, rasa kehilangan itu paket combo. Dia tidak datang sendiri, tapi beramai-ramai dengan rasa sakit dan rasa sepi.

saya juga pernah merasakannya. Sepi...seolah cuma saya satu-satunya makhluk yang diciptakan Tuhan di atas planet ini. Berusaha sekuatnya untuk bisa bertahan, walaupun sebenarnya saya ragu dengan kemampuan saya sendiri.
Hingga saya sadari, saat itu, saya tidak sendirian...
saya hanya tidak mau melihat orang lain yg juga hidup di planet ini. Saya egois. saya tidak menganggap mereka. Apa yang akan mereka lakukan kalau mereka tahu saya mengacuhkan mereka? tidak ada seorang pun yang suka jika dirinya tidak dianggap.
mungkin mereka akan mencubit saya ramai2...oh, janganlah...nanti saya tambah bengkak.

"Aku ingin mematikan perasaanku..."
tidak akan mudah teman. sungguh, tidak akan mudah.
seandainya kamu berhasil melakukannya pun, kamu hanya akan jadi zombie. mayat hidup. atau robot yang cuma punya keahlian tapi tidak punya jiwa.
ibaratnya, mau bagaimana pun, kita makan bukan asal kenyang. kita juga butuh rasa...
rasa itu penting.
jangan jadi seperti saya dulu, saya juga berusaha mematikan perasaan. Tapi itu sama saja lari dari kenyataan. Munafik pada diri sendiri. Menjadi manusia menyedihkan seperti itukah yang kamu mau?

Langkahnya terhenti dan sorot matanya tajam. Saya merasa si teman saya ini jiwanya udah balik ke sebelah saya. Dia menatap bangku taman dengan muka semakin kusut. Mata sekuat tenaga menahan air mata.
"Aku pernah duduk disini, bersamanya..."
"Lalu?"
"Sakit rasanya sekarang aku kembali ke sini tanpa dia."
"Kalau gitu kita pergi dari sini."
"Jangan! aku pengen disini..."
"Tapi kamu bakal semakin tersiksa!"
"Tidak apa-apa..."
Lalu dia duduk dan menerawang.
saya suka heran sama orang2 yang sedang patah hati. segala sesuatu dibuat dramatis abis! itu cuma bangku, siapa saja pernah duduk disitu, karena memang itulah fungsinya. untuk diduduki, bukan untuk dimakan. terus kenapa?
biasa sajalah... bukankah kalau terlalu dipikirkan, segala sesuatu akan terlihat jauh lebih mengerikan dari yang sebenarnya.

Dengan gaya india campur dangdut, teman saya mulai meraba pegangan bangku dan menangis. saya jadi ingin bertanya, apakah sebenarnya dia menikmati kesakitannya?

saya tau itu wajar bagi yang sedang patah hati.
kadang tanpa sadar mereka menikmati kesakitannya sendiri.
ibaratnya, sudah tahu kulit duren itu berduri...eh, malah ditelen!
sudah tahu berada dibangku ini, sekarang, akan membuatnya sejuta kali lebih sakit, tapi dia malah sengaja mendudukinya.

"Hari ini buruk... aku takut pada hari esok..."
"Kenapa?"
"Besok pasti akan jauh lebih sepi..."

Salah.
Besok akan jauh lebih sepi kalau kamu tetap berdiri ditempat yang sama.
semesta ini bergerak kawan...
hidup ini cair...
jangan membatu dan jangan mengkristal...
kadang mengalir bersama arus itu menyenangkan kok.
justru akan membuatmu semakin manusiawi.

bersyukurlah kalau Tuhan masih menciptakan besok.
Bukankah besok ada untuk mengakhiri hari ini.
Bukankah dengan adanya besok maka hari yang buruk ini akan jadi masa lalu.
Kalau besok terjadi, hiduplah untuk besok. karena hari ini sudah berlalu. memikirkan apa yg sudah lewat akan seperti usaha sia-sia menghidupkan lagi orang yang sudah mati.

...

setelah itu kami berpisah.
saya yakin dia bisa berjalan sendiri dan bangkit.
"kalau aku jatuh lagi, bagaimana?"
"berdiri lagi."
"kalau jatuh lagi?"
"cobalah berdiri lagi"
"apa kamu akan ada buat aku?"
"saya usahakan, tapi saya tidak bisa janji, saya tidak bisa berbuat apa-apa, cuma kamu yang bisa menolong diri kamu sendiri."
teman saya itu kemudian berlalu.
dengan sedikit tersenyum.

sepanjang perjalanan pulang ke kos saya memikirkan dia. Dia sahabat yang saya punya. karena bertemu dengannya hari ini, saya jadi semakin sadar. Hidup itu lucu. kita tidak bisa menebak apa yg akan terjadi besok tapi tetap saja kita lakukan. bukankah itu menyiksa?
Biarkan semuanya terjadi tanpa harus kita tebak-tebak, karena disitulah asiknya hidup. semuanya serba unpredictable.
itulah yang membuat kita masih disebut manusia.
karena kita bisa jatuh.
kita bisa kalah.
kita bisa salah.
kita bisa lemah.
kita mencoba lari dari kenyataan.
kita bisa tersungkur.
saat seperti itu terjadi, biasanya kita jadi mendadak religius. hahaha.
ambil sisi baiknya.
Tuhan memberi kita nasib yang seperti itu adalah agar kita dekat dengan-Nya. karena Tuhan merindukan kita. Karena Tuhan tidak suka dinomorduakan dengan apapun. Karena kita mutlak milikNya.
setelah itu biasanya kita bersujud dan mulai berpikir.
kita juga bisa berdiri.
kita juga bisa menang.
kita juga bisa benar.
kita juga bisa kuat.
kita juga bisa menghadapi kenyataan dengan gagah.

untuk itu semualah Tuhan menciptakan besok.
agar kita bisa menemukan semangat itu lagi.
untuk bisa menjadi lebih baik.
tentu...semuanya bagi orang yang mau berpikir.

Tidak ada komentar: